Jumat, 22 Juli 2011

Wahabi dan Penghianatan Mereka Terhadap Pemikiran - Pemikiran Islam

Kaum wahabi, dengan berbagai cara berusaha menjustifikasi pemikiran-pemikiran kerdil dan noraknya dalam memahami dan menerapkan  ajaran islam. Mereka melakukan berbagai daya upaya agar tujuan tersebut tercapai. Salah satu upaya paling konkrit yang mereka lakukan adalah dengan memalsu dan merubah kitab-kitab klasik, yang pendapat dan pemikirannya dinilai berlawanan halauan dengan mereka. Langkah yang mereka tempuh beraneka ragam, diantaranya adalah;
Pertama; Menerbitkan kitab-kitab dan membakarnya. Mereka telah membakar kitab-kitab madzhab kaum muslimin yang berbeda haluan. Misalnya, mereka membakar kitab-kitab terbitan Maktabah 'Arabiyyah dan melarang peredaran kitab-kitab karya sayyid Kutb dan ulama-ulama lain. 
Kedua; Melakukan distorsi (takhrîf) naskah kitab, dengan cara melakukan cetak ulang kitab-kitab berkualitas, setelah sebelumnya dilakukan perubahan isi, baik dengan cara mengurangi maupun menambah. Contoh kongkritnya adalah; 

1.  Mencetak ulang kitab Shahîh al-Bukhârî  dalam format jilid kecil serta membuang sebagian hadîts-hadîtsnya tanpa ada penjelasan. 

2. Syeikh al-Nûrî dalam kitab Rudûd 'alâ Syubuhât al-Salafiyyah Hal 249 mengatakan; "Tindakan merubah dan membuang hadîts adalah ciri khas  kelompok salafiyyah. Nu'mân al-Alûsî misalnya, merubah tafsir milik ayahnya sendiri, Seorang ulama Irak, yakni al-Syeikh Mahmûd al-Alûsî (tafsir Rûh al-Ma'ânî). Andaikan tidak terjadi perubahan naskah, niscaya kitab tersebut merupakan tafsir yang istimewa dan lengkap."

3.  Merubah kitab tafsir "al-Kasysyâf" karya al-Imam al-Zamakhsyarî. Kitab ini dicetak ulang oleh penerbit Ubaikan Riyadl dengan banyak sekali perubahan-perubahan. Jika anda ingin mengetahui segelintir dari perubahan-perubahan yang ada dalam kitab tersebut, silahkan lihat tafsir tersebut dalam menafsiri firman Allâh SWT ;


وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ [القيامة : 22- 23]


Artinya :"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri[22]. Kepada Tuhannyalah mereka melihat"
(QS. Al-Qiyâmah : 22-23)
Saat menafsiri ayat ini, tafsir versi al-Zamakhsyarî dibuang secara keseluruhan dan diganti dengan tafsir yang sesuai dengan madzhab mereka. Dengan demikian, tafsir tersebut adalah tafsir wahabi, bukan tafsir Zamakhsyarî.

Minggu, 12 September 2010

Peringatan Nabi SAW Tentang Munculnya Wahabi


Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi.
Sungguh Nabi s a w telah memberitakan tentang golongan Khawarij ini dalam beberapa hadits beliau, maka hadits-hadits seperti itu adalah merupakan tanda kenabian beliau s a w, karena termasuk memberitakan sesuatu yang masih ghaib (belum terjadi). Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan sebagian yang lain terdapat dalam selain kedua kitab tsb. Hadits-hadits itu antara lain:
1. Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjuk ke arah timur (Najed-pen ).
2. Akan muncul segolongan manusia dari arah timur, mereka membaca Al Qur’an tetapi tidak bisa membersihkannya, mereka keluar dari agamanya seperti anak panah yang keluar dari busurnya dan mereka tidak akan kembali ke agama hingga anak panah itu bisa kembali ketempatnya (busurnya), tanda-tanda mereka bercukur kepala (plontos - pen).
3. Akan ada dalam ummatku perselisihan dan perpecahan kaum yang indah perkataannya namun jelek perbuatannya. Mereka membaca Al Qur’an, tetapi keimanan mereka tidak sampai mengobatinya, mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya, yang tidak akan kembali seperti tidak kembalinya anak panah ketempatnya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berbahagialah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka menyeru kepada kitab Allah, tetapi sedikitpun ajaran Allah tidak terdapat pada diri mereka. Orang yang membunuh mereka adalah lebih utama menurut Allah. Tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos - pen). 
4. Di Akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang pandai bicara tetapi bodoh tingkah lakunya, mereka berbicara dengan sabda Rasulullah dan membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, meraka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, maka apabila kamu bertemu dengan mereka bunuhlah, karena membunuh mereka adalah mendapat pahala disisi Allah pada hari kiamat.
5. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai mengobati mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur kepala (plontos - pen).
6. Kepala kafir itu seperti (orang yang datang dari) arah timur, sedang kemegahan dan kesombongan (nya) adalah (seperti kemegahan dan kesombongan orang-orang yang) ahli dalam (menunggang) kuda dan onta.
7. Dari arah sini inilah datangnya fitnah, sambil mengisyaratkan ke arah timur (Najed - pen).
8. Hati menjadi kasar, air bah akan muncul disebelah timur dan keimanan di lingkungan penduduk Hijaz (pada saat itu penduduk Hijaz terutama kaum muslimin Makkah dan Madinah adalah orang-orang yang paling gigih melawan Wahabi dari sebelah timur / Najed - pen).
9. (Nabi s a w berdo’a) Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau s a w bersabda: Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta disana pula akan muncul tanduk syaitan.
10. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai membersihkan mereka. Ketika putus dalam satu kurun, maka muncul lagi dalam kurun yang lain, hingga adalah mereka yang terakhir bersama-sama dengan dajjal.

Minggu, 22 Agustus 2010

AQIDAH AHLI SUNNAH WAL JAMA‟AH

Alhamdulillah, segala puji-pujian bagi Allah Tuhan sekalian alam, Dia-lah yang mencipta arasy, langit dan bumi, Dia-lah jua Pencipta tempat, wujud-Nya tanpa memerlukan
tempat. Sholawat dan salam ke atas junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahaba.

1. Apa itu aqidah dan kaitannya dengan amalan kita ?
Aqidah membawa arti pegangan dan kepercayaan seseorang. Pegangan dan kepercayaan
ini pula terbagi menjadi dua yaitu benar atau salah. Aqidah yang benar merupakan kunci
diterimanya suatu ibadah. Tanpa aqidah yang benar Allah tidak akan menerima
segala amalan salih. Sekiranya aqidah seseorang itu salah maka yang akan dicatat
hanyalah amalan keburukan hingga pada akhirnya akan
dibalas dengan keburukan pula.
Karna hal itulah, perkara yang berkaitan dengan aqidah tidak boleh dijadikan gurauan atau diremehkan. Hubungan aqidah dan amalan salih ini berdasarkan pada firman Allah
yang artinya:
“Dan barangsiapa melakukan amalan salih dari kalangan lelaki ataupun wanita dalam ia
beriman (beraqidah dengan aqidah yang betul) maka merekalah yang akan dimasukkan
ke dalam syurga dan tidak akan dizalimi walaupun sedikit”. (Al-Nisa‟ ayat 124)
Ayat tersebut jelas menerangkan bahwa apa saja amalan salih yang dilakukan seorang
lelaki maupun perempuan, imanlah syarat utama penerimaannya dari Allah. Begitu juga
kenyataan dari hadits Nabi yang artinya:
“Sebaik-baik amalan adalan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (beraqidah dengan
aqidah yang betul)”. (Sahih Al-Bukhari)
Ini menandakan bahawa aqidah merupakan sesuatu yang teramat penting dan perlu
diutamakan dari masalah-masalah yang lain.

2. Apakah aqidah Ahli Sunnah Wal Jama’ah ?
Pertama perlu diketahui bahwa semua aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah
berlandaskan al-Qur‟an, al-Hadits serta ijma para ulama. Aqidah Ahli Sunnah menyifatkan
Allah dengan sifat-sifat yang telah dinyatakan oleh Allah Ta'ala sendiri di dalam al-
Qur‟an dan apa yang telah dinyatakan oleh Rasulullah di dalam hadits Baginda SAW tanpa
mereka menyandarkan sifat tasybih atau tajsim bagi Allah, mereka juga menafikan dan
menolak bagi Allah itu bersifat duduk, bertempat, berkaki, berbetis, zat yang turun naik
dari langit ke bumi, berada di atas langit, berada di atas 'arasy, dan sebagainya dari sifat
yang tidak layak bagi Tuhan yang mencipta segala makhluk-Nya.
Ini semua berdasarkan firman Allah di dalam Surah Al-Syura ayat 11 yang artinya:
“Tiada sesuatupun yang menyerupai-Nya”.
Aqidah Ahli Sunnah juga mepercayai bahawa Wujud-Nya Allah tanpa diliputi tempat
berdasarkan juga dari sabda Nabi Muhammad yang artinya:
“Allah telah wujud (azali) dan tiada sesuatupun selain Allah itu azali”. (Sahih Al-
Bukhari)
Hadits Nabi tersebut menunjukkan bahwa Allah saja yang wujudnya azali manakala
tempat, arasy, langit, dan selainnya bukan azali.
Perkara tersebut wajib diimani berdasarkan juga Ijma„ para ulama yang telah
dinukilkan oleh Imam „Abd al-Qahir bin Tahir al-Baghdadiyy dalam kitab al-Farq Bayna
al-Firaq halaman 333 cetakan Dar al-Ma'rifah jelas menunjukkan bahwa wujud Allah
bukanlah berada di atas 'arasy, akan tetapi Allah wujud tanpa diliputi oleh tempat:
“Dan telah disepakati dan di-ijma„-kan bahawa Allah tidak diliputi tempat”.

3. Siapakah Ahli Sunnah Wal Jama’ah ?
Pada dasarnya, Ahli Sunnah Wal Jama‟ah adalah mereka yang berpegang dengan aqidah
yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan pemahaman yang betul dan tidak berpegang
kepada dzahir nash al-Mutasyabihat. Kelompok ulama yang membawa ilmu aqidah Al-
Asy'ariyah merupakan ulama Ahli Sunnah Wal Jama‟ah pada zaman kini separti Imam
Nawawi, Imam Ibnu Hajar al-Asqolaniyy dan puluhan ribu lagi ulama Islam yang
menyebarkan ilmu tauhid Al-Asya‟irah.
Begitu juga Al-Maturidiyyah merupakan Ahli Sunnah Wal Jama‟ah zaman kini separti
pengikut mazhab Imam Abu Hanifah. Rujuk Ithaf as-Saadah al-Muttaqin Bi Syrhi Ihya
„Ulumiddin oleh Imam Az-Zabidy.

Rabu, 19 Mei 2010

Skandal Ibn Abdul-Wahhab Dengan Mata-mata Inggris



Dr. Abdullah Mohammad Sindi *], di dalam sebuah artikelnya yang berjudul : Britain and the Rise of Wahhabism and the House of Saud menyajikan tinjauan ulang tentang sejarah Wahabisme, peran Pemerintah Inggeris di dalam perkembangannya, dan hubungannya dengan peran keluarga kerajaan Saudi. “Salah satu sekte Islam yang paling kaku dan paling reaksioner saat ini adalah Wahabi,” demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad Sindi dalam pembukaan artikelnya tersebut. Dan kita tahu bahwa Wahabi adalah ajaran resmi Kerajaaan Saudi Arabia, tambahnya.
Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could not have existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu yang lainnya.
Wahhabisme memberi legitimasi bagi Istana Saud, dan Istana Saud memberi perlindungan dan mempromosikan Wahabisme ke seluruh penjuru dunia. Keduanya tak terpisahkan, karena keduanya saling mendukung satu dengan yang lain dan kelangsungan hidup keduanya bergantung padanya.
Tidak seperti negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme memperlakukan perempuan sebagai warga kelas tiga, membatasi hak-hak mereka seperti : menyetir mobil, bahkan pada dekade lalu membatasi pendidikan mereka.
Juga tidak seperti di negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme :
- melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw
- melarang kebebasan berpolitik dan secara konstan mewajibkan rakyat untuk patuh secara mutlak kepada pemimpin-pemimpin mereka.
- melarang mendirikan bioskop sama sekali.
- menerapkan hukum Islam hanya atas rakyat jelata, dan membebaskan hukum atas kaum bangsawan, kecuali karena alasan politis.
- mengizinkan perbudakan sampai tahun ’60-an.
Mereka juga menyebarkan mata-mata atau agen rahasia yang selama 24 jam memonitor demi mencegah munculnya gerakan anti-kerajaan.
Wahabisme juga sangat tidak toleran terhadap paham Islam lainnya, seperti terhadap Syi’ah dan Sufisme (Tasawuf). Wahabisme juga menumbuhkan rasialisme Arab pada pengikut mereka. 1] Tentu saja rasialisme bertentangan dengan konsep Ummah Wahidah di dalam Islam.
Wahhabisme juga memproklamirkan bahwa hanya dia saja-lah ajaran yang paling benar dari semua ajaran-ajaran Islam yang ada, dan siapapun yang menentang Wahabisme dianggap telah melakukan BID’AH dan KAFIR!

Jumat, 14 Mei 2010

Aliansi Wahabi dan Dinasti Al-Saud I


Muasal Aliansi Wahabi-Sa`udi by:Abu Salafy

Imperium Usmaniyah & Jazirah Arabia
Oleh: Syamsurizal Panggabean


Secara nominal, sebagian besar wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kerajaan Sa`udi Arabia (KSA) adalah bagian dari Imperium Usmaniah atau Khilafah Usmaniah (KU). KU menjadi penguasa di wilayah tersebut setelah Dinasti Mamluk melemah pada awal abad XVI. Raja Mamluk terakhir menyerahkan kunci Mekkah kepada Sultan Salim I dari KU pada 1517. Ini menandai kekuasaan Sultan Usmaniyah di wilayah Hijaz. Kemudian, pada 1534 KU menguasai Baghdad dan lembah Eufrat sampai daerah Timur Jazirah Arabia. Pemberontakan Banu Khalid pada 1670 berhasil mengusir KU dan baru dua abad kemudian KU kembali mengguasai wilayah Timur Arabia.
Akan tetapi, wilayah pedalaman Jazirah Arabia, yang dikenal dengan Najd, tidak pernah dikuasai KU. Najd tetap dikuasai Amir-amir setempat. Begitu pula, konfederasi suku-suku yang ada di Najd tetap memiliki otonomi dan kemerdekaan dari penguasa-penguasa luar, apakah itu KU, penguasa Hijaz (Syarif), maupun Banu Khalid di wilayah Timur Jazirah Arabia. Najd sendiri tidak begitu menarik bagi penguasa-penguasa dari luar ini. Selain karena daerahnya hanya menghasilkan sedikit surplus korma dan ternak, perdagangan juga tidak makmur.
Dir`iyyah dan `Uyaynah, Najd
Salah satu pemukiman di Najd adalah Dir`iyyah. Ini pemukiman kecil – paling-paling 70 keluarga yang terdiri dari petani, pedagang, pekerja, tokoh agama, dan budak. Sejak tahun 1727, Dir`iyyah diperintah oleh Muhammad ibn Sa`ud (wafat 1765) dari klan Al-Sa`ud. Klan ini menguasai oase, ladang pertanian, dan sumur-sumur di Dir`iyyah. Selain itu, klan al-Sa`ud juga berhasil mempertahankan pemukiman dari serangan amir-amir oase atau konfederasi suku-suku lain. Karenanya, penduduk membayar upeti kepada klan al-Sa`ud.
Kendati demikian, klan al-Sa`ud bukanlah klan yang kuat dan kaya. Malahan, menurut Madawi al-Rasheed, penulis A History of Sa`udi Arabia, klan Sa`ud tidak memiliki asal-usul kesukuan yang jelas. Salah satu teori mengatakan klan al-Sa`ud hanyalah pendiri pemukiman Dir`iyyah yang tidak memiliki ikatan yang kuat dengan konfederasi suku-suku setempat. Selain itu, surplus kekayaan mereka – dari memungut pajak dan upeti maupun dari perdagangan – tidak seberapa besar. Akibatnya, kemampuan mereka untuk menguasai jalur kafilah perdagangan maupun pemukiman-pemukiman lain terbatas.